Rabu, 13 Februari 2013

Pentingkah Sekolah?

Melalui jejaring sosial berbasis audio tersebut Deddy mengemukakan pendapatnya yang diberi judul “Pentingkah Sekolah?” dengan durasi selama 10 menit 07 detik. Deddy mengakui bahwa pernyataannya tersebut pernah menjadi kontroversi terutama bagi guru-guru dan kepala sekolah karena dianggap pro siswa. Mungkin jika anda mendengarkannya saat ini, anda juga akan berpendapat yang sama. Namun jika dipikir lebih dalam sangat masuk akal. Ia berpendapat bahwa ada yang salah dengan sekolah dan sistem pendidikan saat ini. Ia bahkan mengatakan masa depan tidak ditentukan oleh sekolah, masa depan ditentukan bagaimana kita bersosialisasi dan memiliki pengetahuan tentang hal yang kita sukai yang dapat didapat dari berbagai sumber. Namun Deddy tidak mengatakan kalau sekolah itu tidak penting.

Menurut Deddy, sekolah hanya mengarahkan murid untuk menjadi guru dalam artian guru ingin murid menjadi sepandai gurunya. Guru matematika ingin muridnya pintar matematika, begitu juga guru-guru yang lain. Apabila ada 12 mata pelajaran, maka siswa dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran tersebut dengan baik, padahal tidak ada manusia yang sempurna. Lha wong gurunya juga hanya expert pada satu bidang studi saja, kok siswanya dituntut untuk menguasai semua. Apabila ada anak yang mempunyai nilai bagus di mapel kesenian sedangkan nilai matematikanya jelek maka banyak orang tua yang justru mengarahkan anaknya untuk les matematika dibanding les seni. Potensi yang dimiliki anak justru dimatikan hanya untuk mengejar mapel yang mungkin tidak disukai anak. Sebaiknya anak les seni sedangkan matematika dibantu hanya untuk mencapai nilai secukupnya.

Mungkin banyak guru maupun orang tua yang tidak setuju dengan pernyataan Deddy Corbuzier tersebut. Namun jika dilihat faktanya, memang pendidikan di Indonesia memang hanya mengedepankan kognitif terutama kecerdasan matematis. Padahal menurut Edward Gardner ada 8 macam kecerdasan pada manusia yaitu kecerdasan lingustik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendasariku menolak sistem Ujian Nasional, karena Ujian Nasional belum bisa mengakomodasi potensi anak yang berbeda-beda.

Soundcloud dialog tersebut:

http://snd.sc/WDcUmz